Apartemen dari bos Polymarket digerebek FBI beberapa hari setelah prediksi hasil pemilu presiden AS.
Apartemen Manhattan yang dimiliki oleh pendiri sekaligus CEO Polymarket Shayne Coplan telah digerebek oleh FBI. Penggerebekan tersebut dilakukan beberapa hari setelah platform ini memprediksi hasil dari pemilu presiden Amerika Serikat.
Seorang juru bicara perusahaan memberikan konfirmasi pada Business Insider bahwa rumah CEO yang diketahui berusia 26 tahun ini jadi sasaran FBI pada Rabu pagi. Federal menyita beberapa barang seperti perangkat elektronik dan ponsel Coplan. Berdasarkan laporan yang ada, Coplan belum ditangkap namun beberapa waktu setelah penggerebekan tersebut, ia mem-posting di media sosial X dan mengatakan “telepon baru, siapa yang tidak?”.
Polymarket Klaim Adanya Pembalasan Politik
Juru bicara Polymarket juga mengklaim insiden penggerebekan yang dilakukan oleh FBI sebagai “pembalasan politik” dalam prediksi hasil pemilu Amerika Serikat. Tapi kemungkinan besar pihak FBI tengah menyelidiki sejauh mana warga AS diizinkan memprediksi mengenai hasil pemilu di platform Polymarket.
Polymarket sendiri merupakan sebuah platform pertukaran dan prediksi keuangan yang telah terdesentralisasi dan telah memblokir warga AS. Meski demikian para pengguna di AS bisa saja menemukan cara untuk mengakses platform tersebut, seperti memanfaatkan VPN (virtual private network) yang bisa menyamarkan lokasi pengguna internet yang sebenarnya.
Diyakini Polymarket telah menangani sebesar $3,2 miliar untuk kripto secara global dan prediksi untuk hasil pemilu. Seberapa jauh platform ini mengambil taruhan dari masyarakat AS memang belum diketahui. Namun ada kabar yang memprediksi hasil pemilu hanya bisa diyakini adanya sampel kuat dari pemilih AS yang sudah terdaftar.
Polymarket menawarkan beberapa layanan, salah satunya kontrak acara yang memungkinkan para pengguna untuk memprediksi mengenai hasil pemilu maupun acara tertentu, baik itu siapa presiden berikutnya di suatu negara, siapa pemain film terbaik di Oscar, dan lain sebagainya. Pengguna akan bertaruh uang mereka dengan hasil “ya” atau “tidak”, permainan akan berhenti jika hasil sudah diketahui.
Secara legal hanya ada satu platform yang menawarkan layanan prediksi pemilu AS, yaitu Kalshi. Meski demikian Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas (CFTC) enggan mengaturnya.
Pengaruh dari Pemilu?
Menjelang pemilu AS, CFTC telah mencoba melakukan pemblokiran Kalshi dari kontrak acara untuk presiden berikutnya dengan beberapa alasan, seperti taruhan pemilu AS merupakan tindak ilegal. CFTC juga mengaku khawatir atas kehadiran platform tersebut yang bisa mempengaruhi hasil pemilu nantinya.
Ada kandidat yang melakukan taruhan dalam jumlah besar bisa tidak menyeimbangkan pasar. Maka dari itulah sangat mungkin untuk individu maupun entitas melakukan manipulasi kepercayaan terhadap publik mengenai peluang kemenangan terhadap kandidat dalam meningkatkan moral kampanye serta jumlah pemain.
Diketahui ada seorang pedagang yang kalah atas prediksi pada pemilu presiden 2012 lalu padahal ia telah bertaruh dengan nilai besar. Pada siklus tersebut, pedagang di Polymarket yang dapat julukan “Trump Whale” berhasil mendapatkan kemenangan sebesar $ 85 juta karena mendukung mantan presiden AS.